IBNU RUSYD
Abul Wali Muhammad bin Ahmed bin Rusid was born in Cordoba in 520. He comes from a large family recognized for his merit and high status in Andalusia (Spain). Ayahnya adalah seorang hakim dan neneknya yan kepala dengan sebutan Ibnu Rusyd -Nenek- (ad-Djadd) adalah kepala hakim di Cordova.
First, Ibnu Rusid received a good position from the caliph Abu Yusuf al-Mansur (masa pudanganya 1184-1194 AD) when Ibnu Rusid mendiya raja semua pikanta, tidak ad ali dandapat katanya. Akan tepai, kepatan tersebut segera balaig karena ia di-persona non grata-kan oleh al-Manshur dan dikurung di suatu kampung Yehudi bersama Alisanah sebagai akibat fitnahan in keluar telah keluar dari islam yang langsal oleh tanganya penha fusafantan.
Salaf of some prominent people Ibnu Rushid can convince al-Manshur of recalcitrant purity, then he is responsible, baru ia begiri. Akan tepai, tidak lama kemudia fitnahan dan saksari dilemparkan lagi pada diraha, dan termakan pula. Sebagai akibatnya, kali ini ia diasingkan ke Negeri Maghribi (Morocco), buku-buku karangannya dibakar in the philosophy of ilmu tidak boleh lagi tuttukan. Sejak saat itu murid-muridnya bubar in tydak berani lagi hyanan-nebut namanya.
Works of Ibn Rusid
A work written by Ibn Rusid that can still be found is the bereikhut of Sebagai;
- Fasl al-Maqal fi ma bayn al-Hikmat wa as-Syariah min al-Ittishal, berisikan korelas antara agama dan philosophy.
- Al-Kasif'an Manahij al-Adillat fi'Aqaid al-Millat, a critical critique of the method of the Sufis of the people of knowledge.
- Tahafut al-Tahafut, al-Ghazali's work published by critics, Tahafut al-Falasifat
- Bidayatul-mujtahid and nihayatul-mujtahid, berishikan urayan-urayan di began fiqh.[2]
Pemikiran ibn Rusid
1. Factor logic
Ibnu Rusyd adalah seorang filsuf yan lebih mementingkan akal dalipa mesasa (emoji is sentimental). Segala pesalan agama islam baginya harus dipehakkan dengan kuslata akal pican.
Di dalam kitabnya, Fashul Magal……, Ibnu Ruysd menandaskan bahwa logika harus harus sekabaga sebagai das segal talkansikan tenang verhada. Dalam delinarana agama, orang harus belajar belajar denganenya secara logicia. Akan teppa, di samping mementingkan logicu itu, Ibnu Rusyd juga mengkritik pada laakanakan akal manusani sendi dalam pasalam yang yang gaib yang yang yang yang yang yang yang yang yang yang yang yang yang rathan denga religions.
Regarding the Tujuan agama, Ibn Rusid says that the true Tujuan sharia of Islam is true knowledge followed by right action (al-ilmulhaq wal-amalul-haq).
As for science, Ibnu Rusid maqsudnya untuk mengetahi dan entienrange tentang ananya Allah Taala serta segala alam maujudat ini pada haikatnya yan seynar memaklumi dengan seynar apa maksud syariat itu, den sehagangerti saneataka (a den dihendibadiba)).
Maksud amal yan benar adalah darboman amal perbuatan yan mikekan perekta hapanika dan maksudarkan occupation-pekerjaan yan akan generates angbangan. Learn about tentang amal perbuatan seperti inihana yan napamanya ilmu yan praktis (al-ilmul-amalia)[4]
2. Philosophy of Ibn Rusid
The philosophy of Ibnu Rusyd sangat menggemparkan is given to the philosophy of alam pikan dunia pada waktu itu. Di Duniya Islam hanya bemrat kulaksah ahli sunna yang telah dibentengi ole al-Asiari dan al-Ghazali saja philosophy of Ibnu Rusid tidak dapat peluhan Dunya picanan pada waktu itu. Akan Teppa, di Eropa telekon pikan orthodox Christian theologian, Augustinianism, ulama-ulama scholastic Latin tydak dapat samakan diri dari influential "Averroism" ini. Napataya bagimana banyaknya yan tumbuk dalam scholastic period tinggi (1200-1300) kalak, seletakh pendapat-pendapat Ibnu Rusid dengan Aristotle membangiri alam pikan Eropa.[5]
The most important problem-problem philosophy di antara Ibnu Rusyd yang sangat menatkan generally ilah ilah.
k. Tentang dijanjani Tuhan tebagan soal-soal Juziyat:
Ibnu Rusyd pojadamat omratt Aristotle yang sangat angsantungnya. Aristotle suggests that Tukhan tidakla menketai soal-soal juziyat. Halnya sama seperti seorang kepala negara yang tidak mengetahi soal-soal kecil di daerahnya.
Pendapat Aristotle itu persangan atas suatu argument sebagai sebagai: Yang mekkus itu, yakni Tuhan al-Mukharrik, merupakan akal yang murni, even merupakan akal yang settingsgi-tingginya. Oleg Karena itu, digenjani dari akal yang tinggi itu haruslah merupakan digenjani yan tegumenes pula agar hell persesuaian antara yang mengethai dan yang gekinuta Then Karena ITU pula tidak mike Tuhan mengethai selin zat Nyasenir. Sebab tidak ada suatu zat lain yang sama luburnya dengan za Tuhan.
What God knows is the reason for knowing God. Seriously, kalau Tukhan mengetai pula hal-hal yeng ketsil-ketsil (juziyat), maka itu berarti bahwa dijajani Tukhan itu bezuba oleh hal-hal yang kurang sahko.[6]
b. Tentang teradai alam maujudat dan perbuatanya
Ibnu Rusid yan menariq atmanatan orang ilah. How do you know that the world was created ini dan amal perbuatyanya?
Bagi golongan agama dzhavabannya courts zhela. Mereka says semua itu Tuhan's creation. Semua Benda atau teidat, baik besar atauwa kecil, Tuhanlah yang nadrekutannya dan mutlupenya (rabbil'alamin), etap saat tak perah lupa dan tak perah lalai.
On the other hand, the philosophy of bagi golongan belugam pesalan itu harus ditinjau dari dengan akan akal pikan. Di antara mereka hell yang sum bahwa mother itu azali, thanpa tetara teradainyan. So perawakan mothers itu benda benda lane yan beraneka macham dapatara di dalam kushakta yan ad di dalam maksud itu sendr sekara olamatis. This means not directly from God[7].
C. Tentang Kezalian and Keabadian Alam
Ibnu Rusid said: "Bahwa alam ini azali tanpa samaru." For this reason, Ibnu Rusid said that prayer is eternal, that God is the world. Hanya saca bagi Ibnu Rusyd Keazalian Tuhan itu berdeba dari Keazalian alam, sebab Keazalian Tuhan lebih utama dari Keazalian alam.[8]
village of Tentang Gerak and Keazalanya
Ibn Rusid says that although God is the first cause or moving force, He only creates movement in the first mind, while the subsequent movement (peristiwa-peristiwa di dunia ini) disebabnyakalan is ajukala. Therefore, according to Ibn Rusid, tidaklah dapat kivatana andanya bahasa langsung dari tuhan tebagan riadat-peristiva di dunia.
my tentang akal yang universal and satu
According to Ibn Rusid, akal itu (seperti yang nadus oleh al-Farabi is given to Ibn Sina) adalah satu is universal. Maksudnya bukan saja "akal yang aktiv" (active intellect, al-aqlul faal) adalah esa universal dan, teppa juga "akal kansatif", yakni akal reseptif (al-qalu bil-quwwah), adalah esa universal dan, same dan. satu bagi semois orange.[9]
F. Morality
Ibn Rushd confirmed Plato's theory that man is a social being who needs cooperation to meet the needs of life and achieve happiness. To achieve happiness, which is the ultimate goal of man, we need the help of religion, which reveals the basic principles of virtue in action, as well as philosophy, which teaches theory and thinking.
CUT
According to Ibn Rusid, for the purposes of religion in Islam, there is no other way than the purposes of Islam. Tangang tenang philosophiatanya yang tutangan yang tetangang yang keasalian in keabadian alam, dantangali gerakaly dan.
Sanghe tenang morality yaitu: Dalam mererealizikan hanupati yan merupakan tujuan akhir bagi manusia, languah bantu agama yan akan layakan dasar-dasar akhlas secara praktisik, juga bantuhan philosophy yanguthubukagan is yanguthubukagan.
RECORD DUMP
Dr. Hasimsia Nasution, Philosophy of Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1999.
Dr. Omar Amin Hussein, Philosophy of Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975.
Dr. Poervantara, dkk., Seluk Beluk Philosophy of Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994
Dr. Sirajuddin Zar, Philosophy of Islam (philosopher, then philosophy), P.T. Grafindo Persada, Jakarta, 2007
------------------
[1] Dr. Poervantara, dkk., Seluk Beluk Philosophy of Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, p. 199
[2] Dr. Sirajuddin Zar, Philosophy of Islam (philosopher, then philosophy), PT Grafindo Persada, Jakarta, 2007, p. 225.
[3] Poerwantara, dkk., op.cit., p. 200
[4] Ibid., couple. 201
[5] Dr. Hasyimsyah Nasution, Philosophy of Islamic, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1999, p. 115.
[6] Poerwantara, dkk., op.cit., p. 202.
[7] Dr. Umar Amin Hussain, Philosophy of Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, p. 146.
[8] Ibid., p. 148.
[9] Poerwantara, dkk., op.cit., p. 207.
0 Response to "IBNU RUSYD"
Posting Komentar